Film Mariara, yang mengangkat cerita mistis yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Minahasa, segera tayang di jaringan bioskop XXI di seluruh Indonesia. Dalam konteks ini, Mariara merujuk pada dukun atau ahli pengobatan yang ada di daerah Minahasa, Sulawesi Utara, pada zaman dahulu.
Proyek ini membutuhkan waktu lebih dari lima tahun bagi sutradara Veldy Reynold Umbas dan timnya untuk terwujud. Tantangan yang dihadapi tidak hanya dalam produksi, tetapi juga terkait dengan tabu yang melekat pada kisah Mariara. “Di Minahasa, menyebut kata Mariara di tempat umum, apalagi mengangkatnya ke film, adalah hal yang sensitif,” ungkap Umbas dalam diskusi film di Gedung Wayang, Jakarta Pusat. Cerita ini mengandung kekuatan mistis yang diyakini pernah hidup di tengah masyarakat Minahasa, menjadikannya sangat menarik untuk diangkat ke layar lebar.
Veldy menjelaskan bahwa film ini menyajikan narasi non-linear yang menunjukkan sudut pandang dari berbagai karakter. Dengan alur maju-mundur, penonton diajak untuk menyelami perjalanan mistis yang penuh teka-teki. “Kami ingin film ini lebih dari sekadar menakut-nakuti. Mariara harus memiliki pesan sosial yang bisa menjadi bahan diskusi,” tambahnya.
Proses produksi film Mariara menghadapi banyak rintangan, termasuk syuting di sembilan lokasi berbeda, dengan Dusun Pelita di Kabupaten Minahasa Selatan sebagai salah satu lokasi utama. “Medan yang sulit dan keterbatasan fasilitas menjadi tantangan. Kami harus menempuh perjalanan tiga jam dengan mobil 4×4 untuk mencapai lokasi, dan air bersih juga menjadi kendala,” jelas Veldy. Namun, kesulitan ini menambah keaslian film, menciptakan atmosfer yang kuat untuk cerita mistis.
Film ini tidak hanya mengangkat kisah yang jarang dibicarakan, tetapi juga menegaskan potensi Sulawesi Utara sebagai sumber cerita lokal yang kaya. “Sulut lebih dikenal karena keindahan alamnya, namun banyak kisah tradisi dan mitologi yang belum dieksplorasi,” ungkap Veldy. Mariara menjadi bukti bahwa Sulut memiliki banyak kisah yang layak diangkat ke layar lebar.
Dengan latar belakang mistis yang kuat, Mariara menarik perhatian masyarakat Minahasa dan menyentuh isu sosial yang relevan. Cerita dari Minahasa ini memiliki daya tarik universal, menjadikannya dapat diterima oleh penonton di seluruh Indonesia. Nova Sumolang, Executive Producer Mariara, mengungkapkan kebanggaannya bahwa film ini juga akan diputar di luar negeri, termasuk di New York. “Sebagai perempuan Minahasa, saya bangga terlibat dalam produksi film ini. Ini adalah film Minahasa pertama yang diproduksi dengan perhatian terhadap kearifan lokal,” ujarnya.
Produser Melan Rumintjap menambahkan bahwa Mariara akan tayang di 50 layar bioskop XXI pada perilisan awalnya, dengan harapan jumlah layar akan bertambah. Executive Producer Rike Callebaut optimis film ini bisa mencapai satu juta penonton. “Saya berharap film Mariara sukses dan bisa mencapai angka satu juta penonton,” tuturnya.
Dengan tema yang kuat dan narasi yang unik, Mariara siap membawa penonton ke dunia mistis masyarakat Minahasa. Film ini tidak hanya menawarkan ketegangan, tetapi juga merefleksikan kepercayaan lokal yang masih hidup hingga kini. Bagi mereka yang mencari hiburan dengan cerita mendalam, Mariara adalah film yang tidak boleh dilewatkan. Film ini dibintangi oleh aktor berpengalaman seperti Leon Alexander, Servie Kamagi, Mercy Lateka, Eric Dajoh, dan Yashinta Tetelepta. Diangkat dari legenda urban Minahasa, Mariara diproduksi oleh Gorango Pictures dan dijadwalkan tayang pada 28 November mendatang.
Sumber By: Youtube